A. Pengertian Stroke
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak
akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan
peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya
pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat
makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala
stroke (Junaidi, 2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian
otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah cedera otak yang berkaitan
dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi karena pembentukan
trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke otak dari
tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan peredaran otak yang dapat
mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar
akan mengakibatkan kematian sebagian sel saraf.
B. Klasifikasi Stroke
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu,
stroke iskemik dan stroke hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu
kondisi yang berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat timbunan darah di
subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi karena
kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang
mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai
berikut :
1.
Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.
Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal
serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan sementara
dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA
dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar
50 % pasien sudah terkena infark (Grofir, 2009; Brust, 2007, Junaidi, 2011).
b.
Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan
menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24–48
jam.
c.
Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda
neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat semakin berat dan memburuk
setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan
sampai menjadi berat.
d.
Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah
lengkap menetap atau permanen tidak berkembang lagi bergantung daerah bagian
otak mana yang mengalami infark.
2.
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:
a.
Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah
kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya
diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri
meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera
untuk dapat mempertahankan hidup.
b.
Hemoragi subdural (termasuk subdural akut) yaitu
hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c.
Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di
ruang subaraknoid) dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma.
d.
Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau
perdarahan di substansi dalam otak yang paling umum terjadi pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif karena
penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
Referensi:
Smeltzer, Suzanne C.,
& Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.
Video source on Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=RHm1_XYE3n0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar